TAMBANG MARMER MULIA
PT.MAKASSAR
TUGAS
BAHAN GALIAN INDUSTRI
Disusun
Umtuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Galian Indusrti
Jurusan
Teknik Pertambangan
OLEH:
ROMARYO S
03121002026
DOSEN
PEMBIMBING:
IR.A.RAHMAN,MS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1.1 Sejarah Singkat
Berdirinya PT. Makassar Marmer Mulia indah
PT.
Makassar Marmer Muliaindah didirikan pada tahun 1984 yang berkedudukan di Ujung
Pandang (Makassar) sebagai kantor pusatnya. PT. Makassar Marmer Muliaindah
berkecimpung dalam bidang usaha swasta yaitu penanaman modal dalam negri dalam
bidang pertambangan dimana usaha yang dikelola adalah tambang golongan C yaitu
marmer. Sedangkan pengolahan marmer, baru dimulai pada tahun 1998 yang
berlokasi dikelurahan Leang – Leang Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros.
1.2 Struktur Organisasi
Struktur
organisasi adalah merupakan bagian dari manajemen yang sangat penting artinya
proses pengolahan suatu perusahaaan khususnya dalam bidang pertambangan. Dalam
hal ini struktur organisasi bertujuan untuk mengatur setiap personil (tenaga
kerja) sehingga masing – masing dapat melaksanakan kerja dan tanggung jawabnya
terhadap tugas yang diberikan kepadanya dengan adanya struktur organisasi yang
baik, maka target produksi dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. (Gambar 2.1)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kabag.
Administrasi Dan Logistik
|
|
|
|
|
|
|
|
Administrasi
Umum & Logistik
|
|
|
|
|
|
|
|
Logistik Peralatan & Material Alat
Bantu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
1.1
Struktur
Organisasi Lokasi Penambangan
PT.
Makassar Marmer Muliaindah
1.3 Keadaan Geografi
1.3.1
Lokasi
dan Kesampaian Daerah
Secara administratif daerah penambangan
terletak dalam wilayah Kelurahan Leang – Leang Kecamatan Bantimurung Kabupatan
Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis PT. Makassar Marmer Muliaindah terletak pada
posisi 4051’47” ~ 4056’08” LS dan 119051’07”
~ 119051’23”
BT. Lokasi penambangan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor,
dari kotamadnya Ujung Pandang (Makassar) mulai jalan propinsi yang beraspal
dengan jarak tempuh sekitar 48 km dan lama perjalanan 1,5 jam. (Gambar 2.2)
Gambar 1.2
Peta Tunjuk Lokasi
Kerja Praktek
1.3.2
Iklim dan Vegetasi
Kondisi
iklim dan curah hujan pada daerah penambangan tidak berbeda dengan kondisi
iklim di Indonesia pada umunya, dimana daerah ini merupakan daerah beriklim
trop[is dengan dipengaruhi dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
Dimana musim kemarau berlangsung sekitar bulan Juli
hingga bulan Oktober setiap tahunnya, pada priode tersebut angin bertiup dari
arah timur ke barat, demikian juga untuk musim hujan yang berlangsung sekitar
bulan November sampai bulan April setiap tahunnya.
Temperatur udara maximun 320C yang terjadi
pada siang hari, sedangkan temperatur udara minimun 200C yang
terjadi pada malam hari, dengan kelembaban udara berkisar antara 70 % - 90 %.
Vegetasi yang tumbuh disekitar lokasi penambangan
marmer adalah semak – semak dan pepohonan antara lain ; pohon jati, alang –
alang, bambu dan lain – lain yang tidak terlalu besar. Kondisi demikian
mencerminkan tingginya intensitas angin yang bertiup serta rendahnya tingkat
pelapukan dilokasi penambangan dan sekitarnya.
Tabel
2.1
DATA
CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN
DAERAH
LEANG – LEANG KECAMATAN BANTIMURUNG
KABUPATEN
MAROS
BULAN
|
CURAH HUJAN DAN HARI
HUJAN
|
2001
|
2002
|
RATA - RATA
|
CH (mm)
|
HH (mm)
|
CH (mm)
|
HH (mm)
|
CH (mm)
|
HH (mm)
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
501
655
620
170
164
276
3
-
122
322
680
904
|
16
18
18
11
5
11
1
-
2
9
24
22
|
826
429
492
358
268
44
-
-
15
12
238
593
|
19
16
17
13
8
3
-
-
1
12
14
25
|
663.5
542
556
264
216
160
1.5
-
68.5
167
459
748.5
|
17.5
17
17.5
12
6.5
7
0.5
-
1.5
10.5
19
23.5
|
Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas 1
Panakkukang Maros
Keterangan : * CH : Curah Hujan
· HH : Hari Hujan
· ( - ) : Tidak ada curah hujan dan hari hujan
1.4 Keadaan Geologi
1.4.1
Geomorfologi
Sebaran
morfologi di daerah penelitian dicirikan oleh beberapa bentuk morfologi yaitu
morfologi padatan dan topografi karst yang sangat terjal dengan ketinggian 18 –
35 m dari permukaan laut. Sedangkan morfologi topografi karst, morfologi padatan
tersusun oleh endapan Alluvial dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lahan
persawahan dan pemukiman. (Gambar 2.3)
1.4.2
Stratigrafi
Satuan
batuan marmeran tersusun dari Formasi Mallawa, Formasi Tonasa dan batuan Trakit
dan Endapan Alluvial (Gambar 2.4). Formasi Mallawa tersusun dari batu pasir dan
batu lempung yang mengandung sisipan batu bara dan lempeng dan batu gamping,
fosil foraminifera dan moluska yang menunjukkan eosen bawah hingga eosen
tengah, diendapkan dalam lingkungan transisi, penyebarannya dibagian utara peta
lembar peta, selaras diatasnya ditumangi oleh foramsi tonasa.
Formasi Tonasa tersusun dari batu gamping, terumbu dan
batu gamping klasik, sebagian besar telah terubuhkan (batu gamping marmeran)
disebabkan karena adanya metamorfosisme tingkat rendah sampai tingkat menegah
sehingga terbentuknya batu pualam (marmer).
Umur
|
Formasi
|
Lithologi
|
Deskripsi
|
Kwarter
|
Alluvium
|
|
Tanah penutup
kaya humus
|
Miosen Tengah
Eosen Atas
|
Tonasa
|
|
§ Batugamping
terumbu dan klastik
§ Telah
mengalami ubahan (marmeran)
§ Terobosan
trakit (dyke dan sill)
|
Eosen Tengah
Eosen Bawah
|
Mallawa
|
|
Batupasir
Batulempung
Sisipan Batubara
Batugamping bersilang
batulempung
|
Gambar
1.3
Kolom
Stratigrafi Daerah Penelitian
BAB II
KEGIATAN PENAMBANGAN DAN
PEMOTONGAN
2.1 Sistem Penambangan
Sistem
penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka dengan metode
“Quarry” yang langsung membuat jenjang (bench) yang berbentuk “Open Cut”.
Pembuatan jenjang diusahakan dapat menjamin keleluasaan gerakan alat mekanis
dalam aktivitasnya, sehingga produksi dapat berjalan lancar dan tetap
memperhatikan tinggi jenjang dan panjang jenjang serta lokasi yang akan
ditambang. Aktivitas utama
yang dilakukan adalah melepaskan marmer sebagai bahan baku untuk membuat blok
marmer. Pada aktivitas penambangan bahan galian marmer meliputi :
- Pembersihan
lokasi tempat kerja dengan menggunakan excavator
- Pemboran
untuk pemasangan tali intan
- Pemotongan
batuan marmer dengan “Diamond Wire”
- Pengukuran
untuk pembuatan block marmer
- Pemboran
untuk memisahkan batuan
- Pemuatan
dan pengangkutan
Kegiatan ini merupakan satu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, guna
mencapai target produksi sesuai dengan perencanaan sebelumnya, namun perlu
diketahui bahwa untuk mencapai hal tersebut dengan berdasarkan perencanaan,
maka diperlukan adanya perhatian terhadap semua alat penunjang seperti
Kompressor, Generator, Penyedian air untuk “Diamon Wire” serta tenaga kerja
yang terampil dan penuh kedisplinan, karena tanpa hal tersebut maka target
produksi yang diharapkan sesuai perencanaan tidak akan tercapai dan hal yang
utama adalah mengenai keselamatan kerja terhadap tenaga kerja.
2.2 Keadaan Lokasi
Penambangan
Situasi
dan kondisi pada lokasi penambangan adalah merupakan daerah perbukitan karst,
dan tersusun dari batu gamping marmeran sehingga ini merupakan salah satu
tantangan dalam melakukan aktivitas penambangan.
Pada aktivitas penambangan yang dilakukan dengan
sistem tambang terbuka dengan metode quarry dengan cara berjenjang dari atas ke
bawah (Open Cit), yang dimaksudkan untuk memudahkan dalam aktivitas kerja.
Untuk menghubungkan antara jenjang yang satu dengan yang lain maka dibuat jalan
tambang
Jalan tambang yang ada hanya menghubungkan antara
lantai dasar yang merupakan tempat perkantoran dan permukaan karyawan dengan
front penambangan block marmer, sekaligus berfungsi sebagai “stock file” block
marmer yang sudah siap untuk dipasarkan. Keadaan jalan yang dimaksud diatas
adalah relatif terjal dengan kemiringan berkisar antara 20 % hingga 39 %
kemiringan jalan ini disesuaikan dengan topografi daerah penambangan.
Untuk mencapai daerah penambangan bahan galian marmer
di lalui pendakian yang berbelok – belok, dan lebar jalan tersebut cukup
memadai untuk dilalui “Dump Truck”, yang mana diperuntukkan bagi kelancaran
lalulintas perusahaan, sekaligus untuk meningkatkan produksi bagi perusahaan
tersebut.
2.3 Kegiatan Pemotongan
Batuan
2.3.1
Persiapan
Pemotongan
Alat potong yang digunakan adalah Diamond Wire Sawing.
Pemotongan dengan Diamond Wire lebih fleksibel dan dapat didinginkan serta
jangkauan kawat intan dapat diatur sesuai dengan keinginan, tidak banyak
menimbulkan polusi udara sebab alat ini digerakkan oleh tenaga listrik dan
cutting bercampur dengan alat pembilas sehingga tidak mudah putus.
Oleh sebab itu sebelum pemotongan dilakukan, maka
terlebih dahulu diadakan penyiraman dan pemakaian air ini disesuaikan dengan
kebutuhan.
Penggunaan alat ini membutuhkan waktu yang cukup lama
pada saat persiapan, penyambungan kawat intan dan tempat untuk mendudukan alat
tersebut harus cukup kuat dan rata.
Adapun langkah – langkah persiapan pemotongan yaitu :
a.
Pada
salah satu batuan induk yang akan dibongkar dibuat landasan sedemikian rupa
sehingga alat potong dapat didudukan pada posisi yang stabil.
b.
Pada
lubang vertikal yang telah dibuat pada pemboran vertikal, dimasukkan ujung
kawat intan dan ditarik sehingga menembus batuan pada sisi yang satunya dengan
menggunakan bantuan sebatang besi pengait kawat yang panjangnya melebihi
panjang lubang.
c.
Setelah
kedua ujung kawat khusus tadi disambung dengan cara clem atau press yang
dibantu alat khusus penyambung kawat diamond wire.
d. Jika kedua ujung kawat
tadi disambung, kawat tersebut dipasang pada roda yang terpasang dibagian depan
alat pemotong, dan selanjutnya alat pemotong siap dioperasikan.
Sistem kerja alat wire sawing adalah saat bekerja
kawat menggunakan gaya tegangan secara otomatis mengatur “time electric sistem”
yang mana mengatur tombol – tombol kontrol yang berubah – ubah kecepatannya
sesuai kerja mesin. Selain standar tombol – tombol kontrol, operasi selanjutnya
adalah pengaturan panel kontrol terhadap ; putaran roda melingkar 360 0
dan posisi untuk kabel putaran roda.
Gerakan ini memenuhi secara vertikal dan horozontal
juga cenderung memotong, serta membolehkan memperbaiki penjajaran roda pada
mesin dalam hubungannya dengan pemotong.
Alat – alat utama dalam kegiatan pemotongan block
marmer adalah :
a.
Mesin Diamon Wire
Berfungsi sebagai tempat
pemasangan “Diamond Wire” yang dilengkapi dengan roda gaya untuk perputaran
kabel yang ditambatkan pada block batuan. Mesin dilekatkan diatas landasan yang
kuat berupa rel untuk maju dan mundurnya mesin tersebut.
b.
Mobille Board
Bagian – bagian pengendali pada
papan kontrol ini berupa tombol – tombol dan tanda peringatan yang berfungsi
sebagai motor penggerak dan pengendali mesin pemotongan batu gamping yang
terdiri dari :
1.
Ampere
meter, untuk mengetahui kecepatan putaran pada mesin
2.
Line
light
3.
Emergency
stopsloitek, tombol untuk memutuskan saluran aliran listrik
4.
Hour
counter
5.
Switch
for rotation of to the right, tombol untuk menggerakkan putaran roda gaya
kekanan
6.
Fly
wheel switch, tombol untuk menghentikan roda gaya
7.
Swith
for rotation of fly wheel to the left. Tombol untuk menggerakkan putaran roda
gaya kekiri
8.
Themal
cut out warning light, lampu peringatan tanda bahaya
9.
Switch
forward movement of machine, tombol untuk menggerakkan mesin kedepan.
10.
Machine
movement stop switch, tombol untuk menghentikan gerak mesin.
11.
Point
meter for manual control of movement, sebagai pengatur gerak atau kecepatan
12.
Switch
for back word movement of machine, tombol untuk menggerakkan masin kebelakang
13.
Potensimeter
for automatic control of movement, untuk mengawasi gerakan otomatik
14.
Automatic/manual
selector, pengatur manual atau otomatis
BAB III
PENGOLAHAN
3.1 Produktivitas Alat Wire
Sawing
Aktivitas penambangan bahan
galian marmer pada perusahaan PT. Makassar Marmer Muliaindah mining terutama
untuk membuat block marmer yang langsung dipasarkan, dimana aktivitas tersebut
sangat tergantung pada alat – alat mekanis yang digunakan karena sebagai faktor
utama yang menetukan tingkat produksi adalah kondisi dari pada alat – alat yang
di gunakan dalam penambangan.
Pembahasan utama dalam laporan ini adalah menyangkut
masalah aktivitas dari pada alat potong Diamond Wire. Kemampuan produksi
Diamond Wire sebagai alat potong batuan marmer adalah cukup praktis dan
fleksibel, karena hanya pada waktu mulai start tempat landasan sel dan
mepersiapkan air pembilas serta mengamati bahwa dari posisi mana paling baik untuk
memulai mengadakan pemotongan batuan.
3.2 Efesiensi Kerja Wire
Sawing
Kemampuan
kerja dari pada alat potong Diamond Wire dimasud adalah kemapuan produksi alat
potong Diamond Wire saat memotong batuan dalam satu hari.
Sedangkan dalam
perhitungan efesiensi kerja alat Diamond Wire perlu diketahui bahwa waktu kerja
yang tersedia dilapangan saat ini adalah 7,8 jam.
Pengamatan terhadap
kecepatan waktu potong block marmer dengan alat Diamond Wire, secara vertikal
sangat berpengaruh pada dukungan rangkaian alat potong Diamond Wire itu
sendiri, sehingga waktu operasi tidak tersita habis, hal utama yang perlu
diperhatikan adalah pada penggunaan air pembilas, penggunaan tali gergaji dan
komponen lainnya. Hambatan kerja yang terjadi dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.1
Hambatan
Kerja
No
|
Dapat dihindar
|
Menit
|
Tidak Dapat Dihindar
|
Menit
|
1.
2.
3.
|
Rata – rata Persiapan Kerja.
Memperlambat kerja
Persiapan mening -galkan tempat
kerja
|
30
15
10
|
Menuju tempat kerja
Kerusakan ringan dan perbaikan ditempat kerja
Meninggalkan tempat kerja
|
15
40
10
|
|
55
|
|
65
|
Jadi
total kehilangan jam kerja : 120 menit ( 2 jam)
Efesiensi
kerja dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Waktu
Kerja Produktif
Efesiensi Kerja = x 100 %
Waktu
Kerja Tersedia
Dimana :
Waktu kerja tersedia : 7,8 jam
Waktu kerja produktif =
Waktu kerja tersedia – kehilangan waktu
= 7.8 jam - 2
jam = 5.8 jam
Jadi efesiensi kerja alat yang digunakan adalah :
5.8
jam
Efesiensi Kerja = x 100 %
7,8
jam
= 74 %
Jadi untuk mengetahui tingkat
kecepatan pemotongan “Wire Sawing” secara vertikal digunakan persamaan sebagai
berikut :
A
V =
T
Dimana :
V : Kecepatan Pemotongan (meter/jam)
T : Waktu Pemotongan Batuan = 41.29 menit
A : Luas Batuan Yang Dipotong = 3.91 m2
Jadi :
3,91meter2
V = x 60 menit/jam
41,29 menit
= 5,68 m2/jam
Sedangkan untuk produksi pemotongan Wire Sawing adalah
:
A . T
Kp = x Waktu kerja produktif
Ct
Dimana :
Kp : Kemampuan Pemotongan
T : Tebal Batuan 2 m
A ; Luas Batuan yang Dipotong
Ct : Cicle Time
Jadi :
3.912 m2 x 2m
Kp = x 348 menit/hari
77,84 menit
= 34.96 m2/hari
setelah diadakan evaluasi terhadap faktor – faktor yang menghambat atau yang menjadi kendala pada
saat Diamond Wire beroprasi, maka target produksi dapat tercapai.
3.3
Faktor
– Faktor Yang Mepengaruhi Wire Sawing
Beberapa masalah yang menjadi
faktor pengaruh yang perlu dipertimbangkan dalam proses kerja alat Wire Sawing
antara lain :
- Lokasi
tempat kerja
- Program
kerja
- Keadaan
batuan yang akan dipotong
- Alat
potong
- Air
pembilas
- Sumber
daya manusia
Pentingnya memperhatikan beberapa
faktor tersebut diatas karena sangat mempengaruhi kinerja dan kemampuan
produksi alat untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu.
3.3.1
Lokasi
Tempat Kerja
Lokasi tempat kerja yang baik
adalah lokasi yang dapat menambah beban atau posisi daripada mesin atau alat
potong yang dapat bergerak pada relnya dengan leluasa (bergerak maju mundur)
tanpa adanya tambahan beban sertalandasan tempat relnya kuat dengan tidak ada
gangguan.
3.3.2
Program
Kerja
Program kerja yang baik akan
mempengaruhi kemampuan produksi. Dalam hal ini teknik pemotongan sangat
dibutuhkan. Sebelum melakukan pemotongan terlebih dahulu mempersiapkan segala
sesuatunya agar proses pemotongannya berjalan secara terus menerus agar
kontinyu sampai pemotongan selesai, untuk mengurangi resiko terjepitnya sling
karena pada saat pemotongan block batuan atau marmer kadang terjadi, apabila
mesin di off dan di on-kan akan meberi peluang untuk terjepitnya atau putusnya
sling atau kawat pemotong.
3.3.3
Keadaan
Batuan yang Akan Dipotong
Batuan yang dipotong apabila
dalam keadaan masih utuh atau dalam keadaan massive lebih lama dibandingkan
proses pemotongan batuan dalam keadaan yang rapuh, hal ini disebabkan karena
ketahanan batuan bahwa masih lebih besar dibandingkan batuan yang rapuh
Ukuran batuan yang akan dipotong
juga sangat mempengaruhi proses pemotongan karena semakin luas batuan yang akan
dipotong berarti cable Diamond Wire (sling) yang bersentuhan dengan bidang
pemotongan juga semakin besar, dan gaya gesek yang timbul juga semakin besar,
dan gesek ini berbanding lurus dengan tegangan yang ditimbulkan, dimana
tegangan yang melebihi batas kekakuan sling atau kawat pemotong akan
mengakibatkan sling putus.
3.3.4
Alat
Potong
Alat potong yang digunakan adalah
Diamond Wire Sawing atau kawat pemotong dengan bahan dasar baja dan serbuk
intan, yang sudah tumpul, sebaiknya digantai dengan yang baru karena kawat yang
tumpul akan mengakibatkan timbulnya gaya gesek yang besar dan membuat kabel
sling cepat aus dan putus serta mengurangi kecepatan pemotongan.
Sedangkan kebutuhan alat potong
“Diamond Wire” dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Tp
Ja =
Kp
Dimana :
Tp
: Target
produksi (60 m3‑)
Ja : Jumlah
alat (unit)
Kp : Kemampuan
produksi ( 34.96 m3/hari)
Maka jumlah alat potong yang
disediakan adalah :
60 m3
Ja =
34.96
m3/hari
=
1.71 unit dibulatkan 2 unit
Jadi
jumlah alat “Diamond Wire” yang dibutuhkan untuk mencapai target produksi oleh
perusahaan 1500 m3/bulan maka dibutuhkan 2 unit Diamond Wire.
4.3.5 Air Pembilas
Salah satu penyebab putusnya sling adalah karena
panas yang timbul oleh gaya gesek yang tinggi. Dimana panas yang ada dapat
diperkecil dengan menggunakan air untuk mendinginkan pembilas yang membersihkan
sling dari cutting dan yang lebih pentingnya dalah mengurangi polusi debu yang
ditimbulkan dari hasil pemotongan.
4.3.6 Sumber Daya Manusia
Menyangkut masalah kecakapan dan
keahlian seorang operator juga sangat dibutuhkan dalam hal ini
pemotongan/pengoperasian alat potong, misalnya pada pemotongan satu block
marmer dibutuhkan proses pemotongan vertikal maka operator harus dapat dan
mampu menganalisa serta memperhitungkan yang mana lebih dahulu dilakukan.
3.4
Kemampuan
dan Kecepatan Alat Potong Wire Sawing
Kemampuan dan kecepatan yang dimaksud adalah merupakan
kemampuan dan kecepatan alat potong “Wire Sawing” dalam memotong batuan dalam
satu hari.
Setelah kita mengetahui tingkat kecepatan pemotongan “Wire
Sawing” secara vertikal.
Maka
untuk meningkatkan produksi perbulan dengan 2 unit alat, perusahaan harus
meminimalkan waktu hambatan yang dapat dihindari dengan persamaan sebagai
berikut :
Tabel
4.2
Hambatan
Kerja Dapat Dihindar
No
|
Dapat dihindar
|
Menit
|
Tidak Dapat Dihindar
|
Menit
|
1.
2.
3.
|
Rata –
rata Persiapan Kerja.
Memperlambat
kerja
Persiapan
meninggalkan tempat kerja
|
15
10
10
|
Menuju
tempat kerja
Kerusakan
ringan dan perbaikan ditempat kerja
Meninggalkan
tempat kerja
|
15
40
15
|
|
35
|
|
65
|
Maka total kehilangan waktu kerja
adalah 100 menit (1,67 jam )
Waktu kerja yang tersedia : 7,8 jam
Waktu kerja produktif : 7.8
jam -
1.67 jam
: 6.13
jam ( 368.4 menit )
Waktu kerja
produktif
Efesiensi
Kerja = x 100 %
Waktu Kerja
Tersedia
6.13 jam
= x 100 %
7.8 jam
= 78 %
Dari efesiensi yang didapat maka kemampuan pemotongan
dalam m3 perhari sebagai berikut
:
Efesiensi kerja : 78 %
Waktu edar pemotongan : 77,84 menit
Waktu memotong luas
tertentu : 41,29 menit
Luas block marmer : 3,912 m2
Tinggi rata – rata : 2 m
Jadi kemampuan
pemotongan sebagai berikut :
Luas blok marmer
x tinggi blok
Kp = x waktu kerja produktif
Waktu
edar pemotongan
3,912 m2 x 2
meter
Kp = x 369,4
menit
77,84
= 36,9 m3/hari
Jadi produksi dalam sehari adalah 36,9 m3
/hari x
2 unit = 74 m3/hari , jadi
produksi sebulan adalah 74 m3/hari kerja = 1850 m3/bulan,
tanpa menambah alat DW untuk penyempurnaan blok . maka produksi yang
ditargetkan perusahaan 1500 m3/bulan dapat meningkat menjadi 1850 m3/bulan.
BAB
IV
CADANGAN
BAHAN GALIAN
4.1 Jumlah Cadangan Bahan
Galian Marmer
Jumlah cadangan marmer di daerah kuasa pertambangan
PT. Makassar Marmer Muliaindah mencapai
21.000.000m3‑ dengan mining recovery 60 %.
Sesuai dengan hasil perhitungan dalam eksplorasi
perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan luas penyebaran batuan di kalikan
dengan ketebalan rata – rata endapan bahan galian yang dapat ditambang secara
ekonomis, dengan persamaan sebagai berikut :
T = V
x MR
Dimana :
T : Cadangan Bahan Galian Marmer (m3)
V : Volume Endapan Bahan Galian Marmer (m3)
MR : Mining Recovery ( % )
Berdasarkan hasil pengamatan bahan galian marmer di
peroleh luas sebesar 25 Ha, berat jenis 2,84 dengan mining recovery 60 %. Maka cadangan bahan galian marmer di
daerah penelitian dapat dihitung dengan rumus :
T = V
x MR
= 21.000.000 m3
x 60 % = 12.600.000 m3
Dari data hasil perhitungan tersebut diatas, maka data
diperoleh volume bahan galian penelitian adalah
21.000.000 m3 dengan cadangan 12.600.000 m3.
Sedangkan untuk menentukan umur tambang berdasarkan jumlah cadangan, rencana
produksi dan Mining recovry ( % ), maka perkiraan umur tambang dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
Jumlah
cadangan
Umur tambang = x Mining Recovery
Target
Produksi
Dimana jumlah target produksi yang direncanakan pada
saat ini sebesar :
P = 25 hari kerja/bulan x 60 m3/hari
= 1500 m3/bulan
Jadi target produksi selama setahun adalah :
P = 300 hari kerja/tahun x 60 m3/hari
= 18.000 m3/tahun
kemudian kita ketahui bahwa target produksi yang
direncanakan adalah 1.500 m3/bulan, maka dapat dihitung umur tambang
sesuai dengan persamaan diatas dengan hasil sebagai berikut :
12.600.000 m3
umur
tambang = x 60 %
1.500 m3/bln x 12 bln/thn
= 420 tahun
4.2
Upaya
Peningkatan Kemampuan Wire Sawing
Pada
kegiatan pemotongan hambatan yang sering di jumpai adalah terjepitnya sling atau
kabel pemotong, yang dilakukan oleh beberapa faktor antara lain :
- Pada batuan
yang akan dipotong terdapat rekahan atau kekar
- Celah pemotongan
kemasukan catting
- Air pembilas tidak
maksimal
- Diamond wire sudah
tumpul
Untuk menghindari hal – hal tersebut diatas guna
peningkatan kemampuan alat, maka sebaiknya digunakan cara – cara alternatif
sebagai berikut :
a.
Sebaiknya
memeriksa dahulu struktur dan tekstur batuan yang akan dipotong.
b.
Diusahakan
agar air pembilas mengalir dengan maksimal
juga memperhatikan mesin diamond wire
c.
Mempercepat
kecepatan alat potong
d. Membersihkan permukaan
batuan dari sisa – sisa pemotongan sebelumnya
e.
Mengganti
tali sling yang sudah tumpul
Adapun keuntungan menggunakan alat potong wire sawing
sebagai berikut :
1.
Hasil
pemotongan yang lebih baik dan merata karena dapat dibentuk ukuran block marmer
sesuai dengan keinginan konsumen
1
Kehilangan
batuan lebih sedikit, tanpa mengalami penghancuran.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan, analisa dan perhitungan pada bab – ba di depan tentang
produktivitas alat “Wire Sawing” maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:
1.
Sistem
penambangan yang diterapkan oleh PT. Makassar Marmer Muliaindah adalah sistem
tambang terbuka dengan metode Quarry.
2.
Untuk
memenuhi target produksi sebesar 1500 m3/hari dibutuhkan 2 unit alat
3.
Berdasakan
perhitungan efesiensi kerja dengan penggunaan alat yang ada untuk memenuhi
target produksi maka efesiensi kerja 74 % dapat meningkat menjadi 78 % dengan
memperhatikan waktu hambatan yang dapat dihindar.
4.
Dengan
meningkatnya efesiensi kerja maka target produksi yang direncanakan dari 1500 m3/bulan
dapat ditingkatkan menjadi 1850 m3/bulan.
5.2
Saran
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengelolah perusahaan tambang PT. Makassar
Marmer Muliaindah antara lain :
1.
Tingkat
kedisplinan pekerja atau karyawan perlu diperhatikan terutama pekerja yang
mengoperasikan alat yang biasanya terlambat dan hal ini dapat mempengaruhi alat
yang lain.
2.
Perawatan
secara rutin setiap alat mekanis sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum
alat beroperasi tanpa harus menunggu rusaknya alat saat dipakai.
3.
Untuk
memenuhi target produksi maka perusahaan
sebaiknya memeprhatikan alat – alat yang rusak dan sedapat mungkin diaktifkan.
4.
Untuk
menghindari kecelakaan tambang maka perlu kesadaran karyawan tentang pentingnya
keselamatan kerja.
5.
Untuk
menjaga kesehatan dan kesalamatan kerja karyawan sebaiknya perusahaan
menyiapkan alat safety dan memberikan
pelatihan K3.
6.
Demi
keselamatan para pekerja khusus pengemudi Truck
sebaiknya jalan tambang dari induk satu keinduk tiga agar ditinjau
kembali demi keselamatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Prodjosumitro,Partanto.1989.”Tambang Terbuka”, Jurusan
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral ITB, Bandung.
Samhudi. 2003. ”Teknik Peledakan”,
Departemen Pertambangan dan Energi Direktorat Jendral Pertambangan Umum Pusat
pengembangan Tenaga Pertambangan, Bandung.